“ Pencairan APBN lambat, pertumbuhan ekonomi terhambat ”
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menilai lambatnya pencairan pengeluaran APBN telah menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dan menimbulkan masalah di sektor moneter.
"Pengeluaran anggaran Pemerintah lambat sekali dan itu kurang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri," kata Darmin dalam seminar di Gedung BI di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, ada dua implikasi dari lambatnya pencairan anggaran Pemerintah itu yaitu dampak ke pertumbuhan ekonomi dan pengaruh ke sektor moneter karena bisa menambah tekanan inflasi dan nilai tukar rupiah.
"Kwartal III pertumbuhan ekonomi kita 6,4 persen, tapi kalo pengeluaran Pemerintah lebih cepat itu bisa lebih baik. Pencairan anggaran yang menumpuk di akhir tahun sekitar Rp60 triliun - Rp75 triliun ini akan menyulitkan kebijakan moneter," katanya.
Menurut Darmin, persoalan lambatnya pencairan anggaran Pemerintah ini sudah berjalan sejak lama sekali dan harus dicari jalan keluarnya agar tidak terus berulang setiap tahun.
Dijelaskannya, dengan anggaran Pemerintah yang baru keluar di akhir tahun maka instrumen moneter yang dikeluarkan BI harus ditingkatkan untuk menyerap jumlah dana yang bertambah dalam jumlah sangat besar.
"Jumlahnya sangat besar sekali dan ini bisa mengganggu inflasi sehingga kita harus menyedotnya antara lain dengan mengeluarkan SBI, dan itu mahal biayanya," katanya.
Darmin mengatakan selama ini inflasi bulan Desember selalu besar bukan saja karena adanya perayaan Natal dan Tahun Baru tetapi juga karena pencairan anggaran Pemerintah yang sangat besar di bulan itu.
"Inflasi Desember ini pasti akan tinggi karena pengeluaran menumpuk apalagi dana Pemerintah yang akan keluar luar biasa besarnya," katanya.
Menurutnya, dalam kondisi ekonomi global yang memprihatinkan ini, Pemerintah seharusnya berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi antara lain dengan penguatan ekonomi domestik sehingga dampak pelambatan ekonomi dunia tidak terlalu besar.
Darmin juga melihat transaksi berjalan Indonesia yang mulai defisit bisa mengganggu fundamental ekonomi yang secara kinerja masih menunjukkan perkembangan yang baik seperti terlihat dari pertumbuhan kredit produktif perbankan.
Kredit perbankan sampai Oktober telah tumbuh 26 persen, antara lain dengan komposisi kredit investasi 31 persen, kredit modal kerja 24 persen dan kredit konsumsi 23 persen.
"Dari sisi sumber pertumbuhan, yaitu ekspor, konsumsi dan produksi termasuk investasi akan tetap baik, meski sisi ekspor akan sedikit terpengaruh," katanya. (ANT)
"Pengeluaran anggaran Pemerintah lambat sekali dan itu kurang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri," kata Darmin dalam seminar di Gedung BI di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, ada dua implikasi dari lambatnya pencairan anggaran Pemerintah itu yaitu dampak ke pertumbuhan ekonomi dan pengaruh ke sektor moneter karena bisa menambah tekanan inflasi dan nilai tukar rupiah.
"Kwartal III pertumbuhan ekonomi kita 6,4 persen, tapi kalo pengeluaran Pemerintah lebih cepat itu bisa lebih baik. Pencairan anggaran yang menumpuk di akhir tahun sekitar Rp60 triliun - Rp75 triliun ini akan menyulitkan kebijakan moneter," katanya.
Menurut Darmin, persoalan lambatnya pencairan anggaran Pemerintah ini sudah berjalan sejak lama sekali dan harus dicari jalan keluarnya agar tidak terus berulang setiap tahun.
Dijelaskannya, dengan anggaran Pemerintah yang baru keluar di akhir tahun maka instrumen moneter yang dikeluarkan BI harus ditingkatkan untuk menyerap jumlah dana yang bertambah dalam jumlah sangat besar.
"Jumlahnya sangat besar sekali dan ini bisa mengganggu inflasi sehingga kita harus menyedotnya antara lain dengan mengeluarkan SBI, dan itu mahal biayanya," katanya.
Darmin mengatakan selama ini inflasi bulan Desember selalu besar bukan saja karena adanya perayaan Natal dan Tahun Baru tetapi juga karena pencairan anggaran Pemerintah yang sangat besar di bulan itu.
"Inflasi Desember ini pasti akan tinggi karena pengeluaran menumpuk apalagi dana Pemerintah yang akan keluar luar biasa besarnya," katanya.
Menurutnya, dalam kondisi ekonomi global yang memprihatinkan ini, Pemerintah seharusnya berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi antara lain dengan penguatan ekonomi domestik sehingga dampak pelambatan ekonomi dunia tidak terlalu besar.
Darmin juga melihat transaksi berjalan Indonesia yang mulai defisit bisa mengganggu fundamental ekonomi yang secara kinerja masih menunjukkan perkembangan yang baik seperti terlihat dari pertumbuhan kredit produktif perbankan.
Kredit perbankan sampai Oktober telah tumbuh 26 persen, antara lain dengan komposisi kredit investasi 31 persen, kredit modal kerja 24 persen dan kredit konsumsi 23 persen.
"Dari sisi sumber pertumbuhan, yaitu ekspor, konsumsi dan produksi termasuk investasi akan tetap baik, meski sisi ekspor akan sedikit terpengaruh," katanya. (ANT)
SUMBER : http://www.antaranews.com/berita/284947/pencairan-apbn-lambat-pertumbuhan-ekonomi-terhambat
0 komentar:
Posting Komentar